Penghujungnya Mandilog
Perlahan kami mendaki gunung. Karena semua berjalan mengedah keatas melihat patung yang indah berseri-seri dan takut jatuh tertarung.
Tak ada yang berbicara keras ! Walaupun tadi sudah merasa lelah, sekarnag kaki dan badan seolah-olah mendapat seburan dari nenek moyang manusia yang dipatungkan dimuka kami.
Berseri-seri patungnya pembentuk agama manusia, seperti Zarathustra, Musa, Isa, Buddha …….diantaranya pemdua ada yang bertanyakan Muhammad. Dengan cepat dijawab : Tidak boleh dipatungkan ! Itulah tugu peringatannya. Disana engkau kelak boleh baca dasarnya Islam dan sejarah pendeknya Muhammad SAW. Nabi Muhammad melarang menyembah patung, sebab dengan begitu orang akan melupakan azas dan perbuatan. Jawab satu pemuda pula, tetapi gambaran badan dan mukanya nabi, bisa mengeluarkan minat pula ! ………
“Dimana patungnya Maha Guru Kung ??tanya seorang pula. Jawab : dia sebetulnya bukan pembentuk dasar masyarakat dengan agama, melainkan dengan filsafat. Dia ditaruh antara pembentuk agama dan filsafat.
Lihatlah disana patung yang indah mulia dari filsafat dunia Barat dan Timur ! Disana ada ahli filsafat baik pun idealist ataupun materialist, berdasarkan Logika atau Dialektika. Perhatikanlah tiga serangkai yang menjadi urat aslanya pikiran zaman sekarang. Socrates, Plato, Aristoteles ! Pada jejeran lain Heraklit, Demokrit dan Epikur. Disana Ibu Rusjdi, Wakidi, disana David Hume, Hegel ………. disana sapa ? ………… banyak lagi.
Kami berjumpakan banyak pemudi berkeliling patungnya Omar Khayam, penyair Arab yang masih menggetarkan tali perasaannya putra dan putri. “Penyair?yang sedih sayup, tetapi langsung, lancip, tepat mengenai hati percintaan “kata seorang putri? Penyair buat segala bangsa dan masa kata seorang putra ! ………. Disana penyair Li Po, Shakespeare, Goethe, Pesjkin ………. ya siapa lagi …………
Sebelah keatas lain golongan dari besaran dunia ! Science ! Galen dari Yunani, Sena dari Arab Asli, besaran tentangan Fisika, seperti Archimedes, Pascal, buat Kimia : Dalton, Mendelief, Mosky ……….. Matematika Poincare, Gaus, Einstein ……. Ilmu Bintang : Copernicus, Galilei, Newton, Einstein ……. Biology : Darwin, Mendel …….. Listrik : Faraday, Edison, Ohm …….Seniman …….! Pujangga …………..! Diantaranya sudah ada scientist dan pujangga dari Jepang dan Hindustan. Cukup lengkap dengan teori, dasar yang memusingkan kepala.
Salah seorang memandang kebawah, kekaki bukit dan dengan suara seolah-olah tercengang bertanya : “Kenapa patung Alexander Julius Caesar dan Napoleon ditaruh dibawah sekali ? Patung Bismark Cuma sedikit lebih tinggi ? Itu patung Abraham Lincoln kenapa lebih tinggi tempatnya dair Napoleon ?Napoleon betul manusia paling ulung dalam hal kecerdasan, watak dan kemauan ! Betul pula dia telah mempersatukan Eropa yang cerai-berai. Tetapi dia terlampau cinta pada Ilmu perang dan peperangan. Semua keulungannya Cuma buat hawa nafsunya sendiri. Persatuan Eropa itu dilakukan tidak dengan setujunya Rakyat Negara yang dipersatkan. Lagi Eropa Raya itu terutama buat kebesarannya sendiri buat namanya sebagai penakluk, sebagai Alexander dengan tak memperdulikan air mata dan darah yang mengalir serta jiwa yang melayang. Bismark juga begitu. Tetapi Abraham Lincoln tak boleh dijejerkan dengan Napoleon. Sifatnya Lincoln berlainan.
Akhirnya mereka, walaupun sudah lelah sampai juga kepuncak bukit. Jauh kelihatan sinar yang terlantun dari patungnya para Nabi. Pada dataran yang sama tinggi didapati patung para pembentuk masyarakat baru.
Komisi disini berhati lapang ! Perbedaan muslihat kaum Sosialis dan Komunis tiadalah disini menjadi halangan buat mengaku jasa masing-masing pada masa dan masa yang berlainan. Diakui jasanya pemikir borjuis seperti Rousseau, Voltaiere dan Montesque dimasa revolusi borjuis utopist seprti Saint Simon, Fourir dan Robbert Owen, pemimpin seperti Roberspierre, Danton dan Blanqui. Sosialist seperti lassalle, Hilferding dan Kautsky. Bapa sosialisme ialah Karl Marx dan Engels, serta pengikut besarnya seperti Lenin, Trotsky, Rosa Luxemburg, dan lain-lainnya sudah tentu mendapat perhatian luar biasa teurtama dari pemuda yang bekerja pada industri besar dan kecil.
Seorang pemuda sedang memanjat hendak mencium mukanya Marx dan memeluk Engels, tetapi dibatalkan oleh penjaga ramai.
Disekitarnya patung Lenin kita melihat seekor pelanduk yang sedang bermain-main dengan pemuda dan pemudi yang kebetulan hari ini datang bertamasya kemari dari Pusat Perindustrian Jiwa. Pelanduk ini memang berumah tak jauh dari patungnya Lenin. Matanya hewan ini cemerlangmenandakan kecerdasan yang maha tangkas. Sikapnya seolah-olah mengukur kekuatan lawannya dan dengan sabar menanti tempo, bilamana dia bisa menghancur-luluhkan musuhnya dengan memakai segala kelemahan musuh itu, walaupun musuhnya seorang Raja Hutan. Memang Indonesia menuju kecerdasan, dengan ketetapan hati serta kesabaran pelanduk, menentang kesusahan atau musuh.
Hewan dan bunga-bungaan serta Sang Burung mengelilingi para pemikir dan pahlawan Masyarakat Baru ini, yang terpilih dari seluruh dunia. Warnanya semua mahluk dan tumbuhan disini menyegarkan mata kami kembali. Nyanyi burung seolah-olah mengangkat diri ke angkasa. Pemandangan jauh sayup kalau disertai perkakas teropong, menyaksikan kecakrawala lautan yang selalu diliputi awan ! Kesanalah jalan yang akan ditempuh oleh kepulauan Indonesia menuju kesemua penjuru alam untuk bekerja bersama-sama dengan semua Negara dan semua bangsa dimuka bumi ini, buat mengadakan masyarakat baru atas :
Kemerdekaan, Kemakmuran dan Persamaan sejati.
Meninggalkan Taman Manusia ini tiada dibolehkan melalui Pintu Gerbang Masuk, yang berdekatan dengan Tugu manusia najis itu. Pemerintah menjaga supaya kesan yang suci yang diperoleh dari pemandangan kebesaran nasional dan internasional tidak dikeruhi oleh perasaan jijik kecil yang ditimbulkan oleh peringatan pada manusia najis. Kita keluar melalui pintu besar yang lain.
Dimuka pintu keluar kami berjumpa dan bercakap-cakap sebentar dengan bekas Maha Guru dari Sekolah Tinggi Negara. Tiadalah bisa kami lupakan isi perkataannya bekas Maha Guru yang masyhur itu.
Arti katanya : “Dari masa sekarang tak ada lagi perbuatan Yang Baik atau Yang Buruk dari seseroang, yang tak akan dikenal dan diperingati oleh masyarakat buat selama-lamanya. Dengan begitu artinya fana dan baka, surga dan neraka, dijasmani dan rohanilah, dibentuk oleh Taman Manusia ini? Demikianlah perkataan para Nabi pada masa dahulu.
Ada kalanya semua pengetahuan didasarkan dan diasalkan pada sesuatu yang berpikiran dan berperasaan dan berkemauan seperti kita manusia. Gurun dan hujan umpamanya diasal dan didasarkan pada Hantu dan Dewa, yang bersifat kemanusiaan. Tetapi sekarang tak ada lagi para terpelajar yang mengendaki Hantu dan Dewa itu sebagai dasar dan asal. Cukuplah sudah buat otak kita undang alam sebagai asal dan dasar.
Demikianlah juga pada kalanya, manusia dan moralnya diasal dan diakhirkan pada sesuatu, pada Yang Maha Kuasa, yang dalam hakekatnya juga mengandung sifat kemanusiaan. Tetapi dari masa sekarang sudahlah cukup buat otak dan hati kita, kalau manusia dan moralnya itu diasal dan diakhirkan pada masyarakat dan undangnya masyarakat itu sendiri.
Buruk dan baik itu, ialah buruk dan baik buat masyarakat itu sendiri. Asalnya masyarakat itu sendiri, dari pergaulan antara manusia dan manusia dalam masyarakat itu sendiri. Perbuatan yang baik mendatangkan akibat yang baik. Perbuatan yang buruk menimbulkan akibat yang buruk pula buat masyarakat itu sendiri. Contoh ini boleh diambil dari segala bangsa dan sejarahnya segala bangsa, dan sejarahnya segala bangsa itu dibumi ini. Undang buruk dan baik, boleh dipetik dan dibentuk dari sejarahnya segala bangsa dan Negara yang dulu dan sekarang. Dengan begitu manusia dan moralnya sudah berdasarkan Bukti, sduah nayta dan peralaman, dan bisa berdiri atas kakinya sendiri. dan kakinya itu berada dalam masyarakat Manusia serta moralnya. Tak perlu lagi Hantu atau Dewa sebagai awal dan akhirnya manusia dan moralnya. Malah Hantu dan Dewa itu menemui akhirnya pada manusia dan moralnya yang nyata, yang berdasarkan masyarakat.
————————————————————————————————————————————
Bahagian penutup dari buku tulisan Tan Malaka berjudul MANDILOG…
Antara bacaan aku sepanjang minggu ini yang sangat menggugat akidah… Tan MAlaka membawa falsafah barat tentang logik. Kadang-kadang terasa macam aku sedang membaca buku teks sekolah.
Aku tak menyangkal bahawa Tan Malaka adalah seorang bijak dan berpengetahuan luas.. Dia bagaikan sudah melewati semua buku-buku falsafah besar dari zaman filosof ortodok greek sehingga ke Arab.. hingga ke zaman moden dari timur hinggalah ke barat. Pada masa buku ini ditulis (march 1943 semasa .. iaitu sewaktu perang dunia sedang berlangsung) dia sudah memahami tentang teori relativitas yang memang sulit dimengertikan tu.
Tapi Tan Malaka adalah seorang yang 100% komunis 😦
Aku bukan orang yang tercandu pada atheism dan tak juga tercandu dengan perihal perang kelas.. proletariat melawan borjuasi hanyalah teori-teori utopia belaka. Dictatorship dan ekonomi tertutup hanya menjadikan kemanusiaan makin melarat.
Tapi aku suka pada teori kesamarataan semua bangsa di dunia yang diperjuangkan komunis, perjuangan yang turut juga diperjuangkan oleh golongan liberal, sosialis dan anarkis.
Kembali kepada Tan Malaka, dia seorang yang berat melihat dunia sains adalah sebagai fakta yang tak absolut. Dia condong memetik fikiran engels dan karl marx. Dia lebih mempercayai teori Darwin dan dunia lego pasang siap seperti teori kimia Dalton. Setelah menerokai ilmu sains,metamatik, logik, falsafah… Tan Malaka perlahan2 mengajak pembaca ke daerah menyangkal kewujudan tuhan menggunakal alasan logik.
Dia menyangkal dewa-dewi agama purba mesir yang dibayangkan sebagai tidak setaraf kekuatan alam. Kemudian menyangkal agama yahudi dengan mengatakan tongkat Nabi Musa A.S sebagai kisah-kisah dongeng. Malah dia menganggap penganut fahaman komunis perlu berlajar dari pergerakkan kristian zaman awal .. sewaktu nabi isa A.S membawa golongan miskin melawan kerajaan raja herod. Hindu digambarkan sebagai fahaman yang dimanupulasi kaum brahman untuk berada dalam darjat tertinggi dalam masyarakat dengan menggula-gulakan kisah reinkarnasi yang membayangkan manusia takkan mampu memperbaiki nasib sepanjang hayat, cuma setelah mereka mati sahaja baru boleh…… buddha dianggap sebagai falsafah yang melawan fahaman hindu sementara ajaran Confucius hanyalah fikiran-fikiran falsafah logik yang tiada mukjizat.
Di pihak Islam (agama ibubapanya Tan Malaka) dianggapnya tak lebih dari falsafah (fikiran) Nabi Muhammad SAW belaka… bukan dari firman tuhan , dia sendiri mengakui kehebatan Rasulullah kerana baginya dianggap sebagai falsafah pertama yang berjaya membentuk masyarakat dari sudut sosiologi, kanun, matematik, astrologi, ekonomi dan sebagainya…. Bagi pendapat beliau, Rasulullah hanya mendapat pemikiran-pemikiran hebat itu dari orang lain semasa merantau dan berniaga..
(dia tak tau ke yang Rasulullah tak tahu membaca dan menulis, mana mungkin dia terbaca dari pendapat orang lain.. dan cuba bayangkan bagaimana baginda dapat pengetahuan yang maha hebat tentang astrologi dan ekonomi etc yang belum pernah tertulis dalam falsafah2 greek sehinggalah falsafah di zaman baginda sendiri)
Aku tak kisah tentang manusia dengan apapun kepercayaan agama mereka, atau yang tak mempunyai kepercayaan sekalipun….
aku memang tak peduli… malah aku lagi teruja nak mengetahui labirin apa yang terdoktrinisasi dalam akal mereka…
atau bagaimana dogma-dogma boleh merebak dari generasi ke generasi
Aku sudah biasa membaca tentang manusia-manusia menyangkal wujud tuhan,
dan aku tak rasa tulisan Tan Malaka ini mampu menggugat kepercayaan aku,
hujah-hujah tentang tuhan hanyalah cemuhan sahaja..
terlalu banyak yang dia belum mampu jawab berbekalkan pengetahuan sainsnya yang tinggi itu.
Tidak dari Nietzsche , dia belum mampu membuktikan secara saintifik bahawa tuhan itu sudah mati.
Tidak juga dari Darwin, dia juga belum mampu membuktikan secara saintifik bahawa nyawa boleh wujud secara primordial.
Dia hanyalah pengkhayal dengan teori dan sekadar teori.
Namun membaca adalah menjelajah alam fikiran seorang penulis. Aku suka melihat cara mereka berfikir , biarlah sebaik mana, mahupun sesesat mana. Bukan untuk mempercayai mereka, bukan untuk menafikan mereka, tapi untuk mengetahui akal mereka.. Fikiran-fikiran mereka akan membuatkan aku berargumentasi dengan diri sendiri dengan persoalan-persoalan yang mereka timbulkan…
Seperti kata Confusius ” Dunia ini saja sudah terlalu sulit untuk kita fahami, Apalagi tentang alam sesudah mati”
orang bodoh akan menempatkan mistikal diatas segalanya, orang pintar akan berpegang teguh pada logikanya, tapi orang cerdas tahu bahwa tak semua bisa di logika,… orang seperti “Tan malaka” telah terjebak dalam logikanya sendiri, dia tak jauh beda dengan orang yang menempatkan mistikal di atas segalanya…