Starlets itu Bintang-Bintang yang kecil
Tu, di sana, masih ada bintang-bintang kecil yang menari-nari di langit lepas. Kerlipan cahaya yang mempersendakan gelap malam dengan lincah tariannya.
Saat itu aku baring terlentang berlantaikan rerumput menghadap langit.
Sekiranya ini ku gambarkan sebagai kamar tidur, maka angin itulah dindingnya dan bintang-bintang kecil itu bersama kerdipannya, tak lebih dari cahaya lilin yang menerangkan sekitarnya.
Mereka suka sekali mencuit hatiku.
Namun semuanya pantas hilang dalam satu sudut, antara jarak ruang dan masa. Tak mampu menangkis kudrat graviti yang dikendalikan oleh tangan ghaib. Ku lihat bintang-bintang kecil gugur ke bumi satu persatu.
Gila, kalau benar-benar gugur di mana kuburannya.
Mereka gugur di tengah padang. Aku saksikan semuanya.
Bukan di celahan lalang atau rimba kebun karet.Tapi di sana, di tengah padang rumput yang subur itu, sekurang-kurangnya seperti itulah terma yang digunakan oleh orang banyak. “Padang rumput yang subur”.
Aku pulang hampa. Permainan wayang gambar di langit sudah tamat waktu siarannya. Tidurku lelap dan nyaman seperti biasa.
Keesokkannya, sewaktu sang suria menyapa “hello, selamat pagi”.
Aku berkejaran keluar mencari kepastian. Kurentas jalan menuju ke puncak. Pandangan dari atas ini lebih meluas ke serata padang rerumput itu.
Eh, ada kuntuman bunga-bunga Lily yang baru tumbuh di atas rerumput hijau.
Aneh! semalam tak ada apapun di sini. Aku hitung bilangannya.
tujuh, lapan, sembilan, sepuluh ….
oh banyak juga ya.
Mungkin bintang-bintang kecil itu suci sekali. Sehinggakan di langit berkelip-kelip menjadi lilin. Dan di bumi, batu nesannya menumbuh sebagai kembangan bunga-bunga Lily.
Lalu aku duduk di sisi kuntuman bunga-bunga Lily yang putih bersih itu.
Tak ada beza indahnya kau di langit mahupun di bumi.
Aku rapatkan bibirku pada kelopaknya.
Ku harap hangat nafasku akan sampai dirasakan oleh roh-roh mereka di bawah sana.
Aku tahu yang kuntuman-kuntuman bunga lily ini adalah makam para pejuang bangsa. Dan ku harapkan kamu juga mengetahuinya.
Ingin sekali aku ajukan satu persoalan yang ku harap semoga dijawab oleh mereka sendiri.
“Telah kau gadaikan nyawamu sebagai harga untuk tanah ini.
Sepeninggalanmu telah merubah warisan sendiri bercelaka merebut kuasa. Terbayarkah segala pengorbananmu yang mahal itu?”
Aku tak betah lagi menunggu dan berlalu pergi biarpun aku belum lagi mendapatkan jawapannya.